Pada tanggal 31 Maret 2012 kemarin ada rame-rame “Earth Hour”. Negara mana yang paling berhasil mengamalkan “Earth Hour” ini? Menurut saya yang paling berhasil adalah Korea Utara. Buktinya adalah foto berikut ini, yang menampakkan praktis tidak ada cahaya dari Korea Utara yang nampak dari satelit:
Pada kesempatan ini saya ingin membandingkan harga total yang dikeluarkan seorang pengguna printer, dibandingkan dengan jumlah lembar yang dicetak. Ada printer yang kesannya murah karena harganya murah, ada yang mahal, namun untuk melihat biaya total kita mesti menjumlahkan harga printer dengan harga tinta/tonernya. Pada perbandingan ini saya hanya membandingkan beberapa printer inkjet dan laserjet. Saya tidak membandingkan printer inkjet dengan tinta suntik, karena biasanya penggunaan tinta sunti menyebabkan kualitas hasil cetak agak berkurang. Harga kertas juga tidak dimasukkan, karena nilainya sama untuk semua printer.
Berikut ini printer yang dibandingkan:
Printer Inkjet Canon standar, diwakili oleh PIXMA iP1880
Printer Inkjet Epson murmer, diwakili oleh L100
Printer Inkjet HP 2060
Printer Laserjet HP, diwakili oleh HP 1102
Printer Laserjet dengan toner refill, diwakili oleh HP 1102 dengan toner refill
Inkjet Canon PIXMA iP1880
Printer ini sekarang sudah tidak diproduksi. Harga printer diasumsikan Rp 350,000. Harga cartridge tinta aslinya tipe 830 Black 11 ml adalah Rp 130,000. Diasumsikan 1 cartridge dapat mencetak sebanyak 200 lembar, dengan demikian ongkos cetak per lembar adalah Rp 650.
Inkjet Epson L100
Printer ini adalah printer pertama yang menggunakan infus secara resmi. Harga printer diasumsikan Rp 1,100,000. Harga cartridge Rp 60000 (70 ml). Menurut promosinya, printer ini harga cetak per lembarnya adalah Rp 20 saja.
Deskjet Multifunction (print, scan, copy) HP 2060
Harga printer diasumsikan Rp 740000. Harga cetak per lembar diasumsikan Rp 165
Tinta menggunakan 704 Black dan 704 Tri Color. Tinta hitam dapat mencetak sebanyak 480 lembar. Harga cartridge diasumsikan Rp 77000. Harga cetak per lembar sekitar Rp 160.
Harga tinta dapat dilihat di http://rakitan.com/kategori.php?id=44. Harga 704 diasumsikan sama dengan 703.
Laserjet HP 1102
Printer ini dianggap mewakili printer laser murmer. Harga printer diasumsikan Rp 1,100,000. Harga tonernya adalah Rp 589,000 yang dapat dipakai untuk 1600 lembar. Harga cetak per lembar Rp 368.
Laserjet HP 1102 Refill
Ongkos operasi printer laser dapat ditekan dengan menggunakan tinta refill. Pada contoh ini digunakan refil seharga Rp 85000 yang diasumsikan dapat dipakai mencetak sebanyak 16000 lembar.
Berikut ini grafik harga total pemakaian sampai dengan pencetakan 10000 lembar:
Analisa
Canon PIXMA iP1880 memberikan harga paling murah jika kita hanya mencetak beberapa lembar saja. Jika pencetakan sudah melebihi beberapa ratus, maka secara harga sudah kalah dengan yang lain. Pada akhirnya printer ini menjadi printer yang paling mahal.
Printer laser juga mahal, walaupun harganya masih di bawah iP1880.
Hasil termurah diberikan oleh Epson L100, namun demikian harganya hanya sedikit di bawah laserjet yang menggunakan refill/toner isi ulang.
Kesimpulan
Jika kita ingin mencetak dengan hasil paling murah, gunakan Epson L100 (atau printer infus lainnya)
Jika ingin mencetak hitam putih dengan kualitas bagus, gunakan laser dengan tinta refill.
Catatan
Saya pribadi menggunakan printer laser HP 1200, Canon iP1000, Canon iP1880, Epson L100. HP 1200 tidak pernah macet, Canon iP1000 dan iP1880 pernah mengalami kerusakan paper feeder, yang ongkos perbaikannya bisa 30% harga printer.
Situs iFixit melakukan pembongkaran iPad terbaru. Hasilnya menunjukkan adanya beberapa teknologi terbaru dalam bidang mikroelektronika yang dipakai pada produk tersebut. Proses pembongkaran tersebut dapat diikuti di situs iFixit tersebut.
Bukti bahwa google menggunakan google analytic untuk melakukan ranking search. Berikut ini hasil search kata kunci “Value Added Service” di google dengan menggunakan browser Opera yang jarang saya pakai:
Berikut ini hasil search kata kunci yang sama (“Value Added Service”) menggunakan browser Google Chrome yang sering saya gunakan untuk mengakses qwords.com
Di situ nampak perbedaannya, pada hasil search menggunakan Chrome nampak ada situs qwords.com sebagai salah satu hasil pencarian, sedangkan di Opera tidak demikian. Saya cek ke qwords.com, ternyata situs tersebut menggunakan google analytic untuk melakukan traffic counter. Dugaan saya informasi dari google analytic bahwa saya sering mengakses qwords.com dipakai juga sebagai informasi tambahan untuk algoritma search di google.
Bukan rahasia bahwa google menggunakan segala macam informasi untuk optimasi search enginenya, namun bagi saya menarik juga untuk melihatnya in action !
Beberapa waktu ini saya sedang mencoba Granola, sebuah software yang menurut promosinya dapat menghemat pemakaian listrik komputer hingga 25% ~ 30%. Metodenya adalah dengan mengurangi clock CPU ketika komputer sedang tidak sibuk-sibuk banget. Sebagaimana diketahui, frekuensi clock CPU dapat mempengaruhi jumlah energi yang dipakai oleh CPU tersebut.
Instalasinya cukup mudah. Ketika diinstall, Granola akan mengecek apakah kecepatan CPU dapat diatur dari software. Jika tidak bisa, Granola akan meminta agar setting BIOS diubah.
Kita dapat mengubah beberapa konfigurasi Granola, di antaranya adalah harga listrik.
Pada waktu dijalankan, Granola menampilkan berapa listrik yang telah kita hemat, serta berapa pembangkitan CO2 yang telah dihemat.
Dapat dilihat bahwa karena penghematan listrik masih kecil, maka uang yang dihemat juga masih sedikit 🙂
Granola dapat diunduh dari situs Granola. Selamat mencoba.
Material ini sebenarnya tersedia di beberapa negara, namun tentu saja ada masalah skala ekonomi dan ada waktu yang diperlukan untuk mengaktifkan sarana produksi mulai dari eksplorasi sampai dengan eksploitasi.
Beberapa waktu lalu sempat poputer terjadinya peristiwa ‘awan tsunami’ yang terjadi di pantai Panama City , Florida Amerika Serikat. Gambarnya memang luar biasa, karena peristiwa ini jarang terjadi. Foto-foto ini diambil dari helikopter carteran. Gambar diambil dari sebuah helikpter carteran yang dipiloti oleh Mike Schaeffer. Pemotretnya adalah pemilik helikopter J.R. Hott. Menurut J.R. Hott, peristiwa seperti ini terjadi beberapa kali dalam setahun.
Ada 2 kemungkinan penjelasan ilmiah tentang terjadinya peristiwa ini:
Udara lembab dari laut naik sewaktu menabrak gedung sehingga temperaturnya turun, akhirnya udara tersebut mengembun dan nampak sebagai awan/kabut. Peristiwa ini disebut juga ‘Orographic Lift’
Udara lembab dari laut naik mengalami perubahan kecepatan sewaktu menabrak gedung sehingga terjadi perubahan tekanan (hukum Bernoulli), sehingga akhirnya mengalami pengembunan yang nampak sebagai awan/ kabut. Peristiwa ini serupa dengan peristiwa pengembunan yang terjadi di sayap pesawat.
Contoh terjadinya kabut pada pesawat F/A-18C Hornet [sumber: wikipedia]
Penjelasan dari ahli meteorologi Dan Satterfield, menurutnya hal ini terjadi karena perubahan temperatur:
Cool air offshore was very nearly at the saturation point, with a temperature near 20ºC and a dew point of about 19.5ºC. The air at this temperature can only hold a certain amount of water vapor, and how much it can hold depends heavily on the temperature. If you add more water into the air, a cloud will form, but you can also get a cloud to form by cooling the air. Drop the temperature, and it can no long hold as much water vapor, so some of it will condense out and a cloud will form.
Penjelasan lain dari Bob Reed, menurutnya hal ini terjadi karena perubahan tekanan:
In an adiabatic flow, as the velocity of the flow increases the static pressure of that flow decreases; with it, so does the temperature. This effect is quantified via Bernoulli’s equation.
So as the flow expanded from offshore to move around, and over, the buildings it’s velocity necessarily increased in the same fashion as moving over an aircraft’s wing. Concomitantly, the pressure (and temperature) decreased, and, VIOLA!, you have the fascinating condition that the helicopter pilots captured in these vivid photos.
It’s very much like when you look at images of a high-performance aircraft maneuvering, and you see a blanket of condensation covering the wing.
Pembentukan awan yang serupa terjadi juga di pembangkit listrik lepas pantai:
Sensor ketinggian air merek “RADAR” ini termasuk salah satu merek sensor ketinggian air yang cukup terkenal. Bahkan bagi banyak tukang, kalau ditanya tentang ‘sensor ketinggian air’ biasanya bengong, namun kalau disebut ‘radar’ mereka langsung paham. Jadi seperti istilah ‘Kodak’ untuk kamera, ‘Aqua’ untuk air galon, dan sebagainya. Begitulah nasib merek produk pembuka pasar.
Berikut ini gambar kardus pelampung air merek ‘radar’ yang terbaru.
Berikut ini detail dari contoh merek ‘RADAR’. Keterangannya:
Uraian warna hitam dan putih
Arti bahasa/huruf/angka asing dalam contoh merek
RADAR = RADAR
Huruf Kanji yang berbunyi ‘Lei Ta’ = Kedatangan Gemuruh
Okelah , nggak jelas juga apa hubungannya antara kedatangan gemuruh dengan sensor air, serta apa hubungannya istilah ‘RADAR’ dengan sensor air. Barangkali malah bikin bingung anak-anak yang belajar radar betulan.