Granola, software untuk menghemat energi

Beberapa waktu ini saya sedang mencoba Granola, sebuah software yang menurut promosinya dapat menghemat pemakaian listrik komputer hingga 25% ~ 30%. Metodenya adalah dengan mengurangi clock CPU ketika komputer sedang tidak sibuk-sibuk banget. Sebagaimana diketahui, frekuensi clock CPU dapat mempengaruhi jumlah energi yang dipakai oleh CPU tersebut.

Instalasinya cukup mudah. Ketika diinstall, Granola akan mengecek apakah kecepatan CPU dapat diatur dari software. Jika tidak bisa, Granola akan meminta agar setting BIOS diubah.

Kita dapat mengubah beberapa konfigurasi Granola, di antaranya adalah harga listrik.

Pada waktu dijalankan, Granola menampilkan berapa listrik yang telah kita hemat, serta berapa pembangkitan CO2 yang telah dihemat.

Dapat dilihat bahwa karena penghematan listrik masih kecil, maka uang yang dihemat juga masih sedikit 🙂

Granola dapat diunduh dari situs Granola. Selamat mencoba.

Mobil Listrik Perlu Material Khusus

Mau bikin mobil listrik tentu saja perlu magnet yang tokcer. Untuk bikin magnet seperti itu perlu logam dari jenis ‘tanah jarang’ (‘rare earth’). Saat ini produsen yang aktif untuk logam ini mayoritas dari China, nah masalahnya ekspornya dibatasi dari sononya. http://spectrum.ieee.org/tech-talk/semiconductors/materials/complaints-over-chinas-rare-earth-export-policies-get-serious

Material ini sebenarnya tersedia di beberapa negara, namun tentu saja ada masalah skala ekonomi dan ada waktu yang diperlukan untuk mengaktifkan sarana produksi mulai dari eksplorasi sampai dengan eksploitasi.

Awan Tsunami

Beberapa waktu lalu sempat poputer terjadinya peristiwa ‘awan tsunami’ yang terjadi di pantai Panama City , Florida Amerika Serikat. Gambarnya memang luar biasa, karena peristiwa ini jarang terjadi. Foto-foto ini diambil dari helikopter carteran. Gambar diambil dari sebuah helikpter carteran yang dipiloti oleh Mike Schaeffer.  Pemotretnya adalah pemilik helikopter J.R. Hott. Menurut J.R. Hott, peristiwa seperti ini terjadi beberapa kali dalam setahun.

120210-cloud-tsunami-waves-nj-02.photoblog900

120210-cloud-tsunami-waves-nj-04.photoblog900

120210-cloud-tsunami-waves-nj-03.photoblog900

120210-cloud-tsunami-waves-nj-01.photoblog900

Ada 2 kemungkinan penjelasan ilmiah tentang terjadinya peristiwa ini:

  • Udara lembab dari laut naik sewaktu menabrak gedung sehingga temperaturnya turun, akhirnya udara tersebut mengembun dan nampak sebagai awan/kabut. Peristiwa ini disebut juga ‘Orographic Lift
  • Udara lembab dari laut naik mengalami perubahan kecepatan sewaktu menabrak gedung sehingga terjadi perubahan tekanan (hukum Bernoulli), sehingga akhirnya mengalami pengembunan yang nampak sebagai awan/ kabut. Peristiwa ini serupa dengan peristiwa pengembunan yang terjadi di sayap pesawat.

800px-FA-18C_vapor_LEX_and_wingtip_1

Contoh terjadinya kabut pada pesawat F/A-18C Hornet [sumber: wikipedia]

Penjelasan dari ahli meteorologi Dan Satterfield, menurutnya hal ini terjadi karena  perubahan temperatur:

Cool air offshore was very nearly at the saturation point, with a temperature near 20ºC and a dew point of about 19.5ºC. The air at this temperature can only hold a certain amount of water vapor, and how much it can hold depends heavily on the temperature. If you add more water into the air, a cloud will form, but you can also get a cloud to form by cooling the air. Drop the temperature, and it can no long hold as much water vapor, so some of it will condense out and a cloud will form.

Penjelasan lain dari Bob Reed, menurutnya hal ini terjadi karena perubahan tekanan:

In an adiabatic flow, as the velocity of the flow increases the static pressure of that flow decreases; with it, so does the temperature. This effect is quantified via Bernoulli’s equation.

So as the flow expanded from offshore to move around, and over, the buildings it’s velocity necessarily increased in the same fashion as moving over an aircraft’s wing. Concomitantly, the pressure (and temperature) decreased, and, VIOLA!, you have the fascinating condition that the helicopter pilots captured in these vivid photos.

It’s very much like when you look at images of a high-performance aircraft maneuvering, and you see a blanket of condensation covering the wing.

Pembentukan awan yang serupa terjadi juga di pembangkit listrik lepas pantai:

horns_rev

Sumber gambar: popsci

Peristiwa ini juga terjadi pada pulau Luytla Duymun:

1323263366_1323185805_00-600x399

 1323263347_1323185817_island_07-600x378

Sumber: Lazysnaps

Sumber gambar:

Sensor Ketinggian Air Merek “RADAR”

Sensor ketinggian air merek “RADAR” ini termasuk salah satu merek sensor ketinggian air yang cukup terkenal. Bahkan bagi banyak tukang, kalau ditanya tentang ‘sensor ketinggian air’ biasanya bengong, namun kalau disebut ‘radar’ mereka langsung paham. Jadi seperti istilah ‘Kodak’ untuk kamera, ‘Aqua’ untuk air galon, dan sebagainya. Begitulah nasib merek produk pembuka pasar.

Berikut ini gambar kardus pelampung air merek ‘radar’ yang terbaru.

radar-atas-ADPIMA_0005
radar-depan-ADPIMA_0002 radar-samping-ADPIMA_0003
radar-belakang-ADPIMA_0004

 

Berikut ini detail dari contoh merek ‘RADAR’. Keterangannya:

  • Uraian warna hitam dan putih
  • Arti bahasa/huruf/angka asing dalam contoh merek
  • RADAR = RADAR
  • Huruf Kanji yang berbunyi ‘Lei Ta’ = Kedatangan Gemuruh

Okelah , nggak jelas juga apa hubungannya antara kedatangan gemuruh dengan sensor air, serta apa hubungannya istilah ‘RADAR’ dengan sensor air. Barangkali malah bikin bingung anak-anak yang belajar radar betulan.

radar-contoh-merek

Model kotak warna biru ini relatif baru, sebelumnya menggunakan warna oranye, seperti di http://www.anekamaju.com/103-pelampung-air  , dan di http://www.anekamaju.com/271-radar-pelampung-air.html.

Detail sertifikat merek sebagai berikut, nampaknya sudah expired di tahun 2011:

radar-sertifikat-merek