Rahasia Mobil Listrik Yang Kotor

Barrack Obama

Pada saat ini mobil listrik dipromosikan sebagai pertanda masa depan yang ramah lingkungan. Iklan-iklan di berbagai media massa meyakinkan kita tentang “emisi nol,” dan Presiden Obama telah menargetkan akan ada satu juta mobil listrik di jalan pada tahun 2015. Dengan melihat angka penjualan mobil listrik pada tahun 2012 berkisar pada hanya sekitar 50.000, angka satu juta pada tahun 2015 nampaknya masih jauh. Konsumen tetap mewaspadai jangkauan terbatas mobil, harga yang lebih tinggi dan masalah pengisian baterai. Tetapi bagi mereka yang memiliki mobil listrik, setidaknya ada hiburan bahwa mobil itu hijau/ramah lingkungan. Namun ternyata mobil listrik tidak sepenuhnya ramah lingkungan.

Barrack Obama
Dengan lebih banyak penelitian dan insentif, kita dapat memutuskan ketergantungan pada minyak bumi dengan menggunakan biofuel, dan menjadi negara pertama dengan 1 juta kendaraan listrik di jalan pada tahun 2015

Bagi pendukung seperti aktor dan aktivis Leonardo DiCaprio, argumen utama adalah mobil listrik mereka tidak berkontribusi terhadap pemanasan global . Mobil listrik ini contohnya adalah Fisker Karma seharga USD 100.000 (kendaraan yang dipakai Leonardo DiCaprio) atau Nissan Leaf seharga USD 28.000-. Dan, tentu saja, mobil listrik tidak mengeluarkan gas karbon dioksida ketika dipakai di jalan. Namun demikian pembuatan mobil dan pengisian baterai menghasilkan gas karbon dioksida yang jumlahnya cukup banyak , melebihi daripada yang disadari orang kebanyakan.

Leonardo DiCaprio, seorang pengguna mobil listrik
Leonardo DiCaprio, seorang pengguna mobil listrik
Mobil Listrik Fisker Karma keluaran 2012
Mobil Listrik Fisker Karma keluaran 2012
Mobil listrik Nissan Leaf keluaran 2011
Mobil listrik Nissan Leaf keluaran 2011

Sebuah analisis komprehensif pada tahun 2012 tentang siklus hidup mobil listrik di Jurnal Ekologi Industri menunjukkan bahwa dari total emisi karbon dioksida dari sebuah mobil listrik, setengahnya berasal dari energi yang digunakan untuk memproduksi mobil, terutama baterai. Pertambangan lithium, misalnya, adalah aktivitas yang merusak lingkungan. Sebagai perbandingan, pada mobil bensin hanya 17% emisi karbon dioksida dihasilkan pada waktu pembuatannya. Ketika sebuah mobil listrik keluar dari pabrik, mobil ini sudah menghasilkan emisi 30.000 pounds karbon-dioksida (sekitar 15000 kg), sedangkan mobil konvensional pada waktu keluar pabrik ‘hanya’ menghasilkan 14.000 pound (sekitar 7000 kg).

Tambang Lithium di padang pasir Atacama , Chile. Sumber: http://www.dailymail.co.uk/home/moslive/article-1166387/In-search-Lithium-The-battle-3rd-element.html
Tambang Lithium di padang pasir Atacama , Chile. Sumber: http://www.dailymail.co.uk/home/moslive/article-1166387/In-search-Lithium-The-battle-3rd-element.html

Mobil listrik tidak mengeluarkan polusi ketika dipakai, namun demikian energi untuk mengisi baterenya tetap menggunakan bahan bakar fosil. Dengan demikian, analisis siklus-hidup menunjukkan bahwa untuk setiap mil (1,6 km) yang ditempuh, mobil listrik rata-rata secara tidak langsung mengeluarkan sekitar enam oz (170 gram) karbon-dioksida. Ini masih jauh lebih baik daripada mobil konvensional dengan ukuran yang sama, yang mengeluarkan sekitar 12 oz (340 gram) per mil. Tapi ingat, produksi mobil listrik telah menghasilkan emisi yang cukup besar pada waktu produksi setara dengan 80.000 mil (128 000 km) perjalanan dalam kendaraan.

Jadi mobil listrik hanya dapat menjadi ramah lingkungan dengan cara sering dipakai untuk jarak yang jauh. Dan itu ternyata menjadi tantangan. Misalkan pada Nissan Leaf yang memiliki jangkauan 73 mil (117 km) setiap kali pengisian.

Pendeknya jarak tempuh diperburuk dengan berkurangnya kemampuan batere terhadap waktu seperti di ponsel. Nissan memperkirakan bahwa setelah lima tahun, daya tempuh batere berkurang menjadi 55 mil. Seperti yang diingatkan oleh MIT Technology Review tahun lalu: “Jangan Kendarai Nissan Leaf Anda Terlalu Banyak.”

Jika sebuah mobil listrik dikendarai sejauh 50.000 mil (80000 km) selama umurnya, maka dengan emisi karbondioksida di awal yang besar pada waktu pembuatannya berarti mobil tersebut secara total menghasilkan karbondioksida lebih daripada mobil bensin yang berukuran sama. Demikian juga jika energi yang digunakan untuk mengisi ulang mobil listrik sebagian besar berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara, maka akan bertanggung jawab atas emisi hampir 15 oz (430 gram) karbon-dioksida untuk setiap mil dari 50.000 mil yang ditempuh mobil tersebut, 3 oz lebih dari mobil bensin bertenaga sama.

Bahkan jika mobil listrik didorong untuk 90.000 mil dan pemilik tetap jauh dari batubara bertenaga listrik, mobil akan menyebabkan hanya 24% lebih sedikit karbon dioksida emisi dari gas bertenaga sepupunya. Ini adalah jauh dari “nol emisi.” Selama seumur hidupnya, mobil listrik akan bertanggung jawab untuk 8,7 ton karbon dioksida kurang dari mobil konvensional rata-rata.

Mobil listrik mungkin menjadi besar dalam beberapa dekade, tetapi sebagai cara untuk mengatasi pemanasan global sekarang tidak hampir tidak ada. Tantangan yang sebenarnya adalah untuk mendapatkan energi hijau yang lebih murah daripada bahan bakar fosil. Untuk itu dibutuhkan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan hijau. Menghabiskan hanya pada subsidi mobil listrik adalah menempatkan kereta di depan kuda, dan kereta nyaman dan mahal pada saat itu.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *