Berikut ini beberapa foto seputar Kiara Condong di awal Oktober 2015.

Saya menggunakan beberapa gadget yang menggunakan memory card Compact Flash (CF) , SD dan MicroSD. Untuk membaca SD dan MicroSD tidak masalah, karena laptop dapat membaca SD dan MicroSD, namun untuk membaca CF tetap perlu card reader. Selama ini saya menggunakan card reader Mumuksu MCR-381 dan beberapa card reader murah meriah, namun akhirnya semua card reader itu tewas.
Mumuksu MCR-381 berfungsi baik dan cepat, namun card reader ini menggunakan konektor USB yang menggunakan kabel, padahal kabel yang berulang-ulang ditekuk lama-lama akan putus. Benar saja, card reader ini setelah beberapa lama mulai sering ngadat sehingga kabelnya mesti ditekuk dengan sudut yang tepat baru dapat berfungsi. Namun setelah beberapa waktu akhirnya tidak dapat menyala lagi.
Secara teori bisa saja kabel dari konektor USB ke rangkaian dibongkar, kemudian diperbaiki satu per satu, namun nampaknya perlu waktu yang lama.
Incus dan K-One: merek merek ini nggak jelas, pada awalnya sudah rada susah membaca CF, akhirnya ngadat juga.
Berikut ini trio card reader murah-meriah merek Incus dan K-ONE:
Ketiga card reader ini mempunyai susunan sambungan memory yang sama persis, kemungkinan besar menggunakan jeroan yang sama, hanya dibedakan di casing luarnya saja. Ketiga-tiganya saat ini sudah dalam status tidak berfungsi alias ngadat.
Dari pengalaman di atas akhirnya dicarilah card reader pengganti dengan spesifikasi utama adalah tidak menggunakan kabel built in. Kabel USB harus terpisah, supaya kalau putus mudah dicari gantinya. Akhirnya setelah dicari di Borma Setiabudi, ditemukan banyak merek yang menggunakan kabel USB built in, hanya ada 2 merek yang menggunakan kabel USB terpisah. Akhirnya diputuskan membeli yang rada bagus yaitu Mumuksu MCR-390.
Berikut ini kemampuan card reader tersebut menurut apa yang tertulis di kotaknya:
Slot 1/Slot 2
Slot 3
Slot 4
Slot 5
Slot 6
Slot 7
Sejauh ini card reader tersebut sangat memuaskan untuk membaca kartu memori Compact Flash yang dipakai di kamera Canon EOS 50D.
Berikut ini beberapa penunjuk arah di kawasan Oktagon-TVST ITB
Bagi yang sudah lama di ITB, papan penunjuk arah ini tidak perlu, namun bagi pengunjung nampaknya penunjuk arah ini cukup berguna.
Berikut ini hasil makan-makan dan foto-foto di cafe Warung Pasta di jalan Ganesha 4 Bandung.
Akses Point D-LINK DIR-600M
Detail:
Keterangan power supply:
Website Dlink: http://www.dlink.com/uk/en/home-solutions/connect/routers/dir-600-wireless-n-150-home-router
Beberapa foto akses point Linksys WAP610
Website resmi produk ini: http://www.linksys.com/us/support-product?pid=01t80000003KO7WAAW
Baru saja melihat sebuah status di facebook yang menyebutkan tentang ‘Munculnya Bara Api di Yaman’. Bara api Yaman ini disebutkan dalam hadis, namun dalam tulisan ini saya tidak ingin membahas hadis tersebut. Yang saya mau bahas adalah foto yang dipakai pada artikel tersebut.
Pada foto tersebut ada 2 foto yang dipakai sebagai ilustrasi, sebagai berikut:
Dari hasil pencarian dengan images.google.com, didapatkan bahwa foto-foto tersebut adalah tentang sebuah tempat di Turkmenistan, bukan di Yaman.
Sumber foto: https://en.wikipedia.org/wiki/File:Darvasa_gas_crater_panorama.jpg
Sumber asli foot dari flickr: https://www.flickr.com/photos/tormods/6269124988/in/photolist-bgfMf4-axYUrS-asN2QD/
Tempat itu adalah sebuah sumur gas yang runtuh dan kemudian gasnya dibakar.
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Door_to_Hell
Foto berikutnya dengan mobil parkir juga berasal dari flickr https://www.flickr.com/photos/marthaenpiet/8213663031/
Kesimpulan: foto-foto tersebut adalah foto sumur gas di daerah Darvasa Turkmenistan, yang runtuh pada tahun 1971 dan kemudian gasnya dibakar. Api di sumur tersebut masih menyala sampai sekarang.